KARYA JURNALISTIK SMA PEMBANGUNAN 3 PONJONG
PEMBELAJARAN
SENI BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAKTER
SISWA
DI SMA PEMBANGUNAN 3
PONJONG
Oleh
Septi Fajar Suryarini, S.Pd dan Siswa Kelas XI SMA
Pembangunan 3 Ponjong
Nilai-nilai moral yang
ditanamkan dalam pembelajaran Seni Budaya dapat membangun karakter yang
merupakan fondasi utama terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan
sejahtera.
Tujuan artikel ini adalah untuk
mendapatkan pemahaman tentang teori pendidikan karakter yang
terkandung dalam kearifan lokal seni
tari di lembaga Sekolah Menengah Atas.
Data-data yang dikaji dalam artikel
ini merupakan konseptual berdasarkan
penelusuran pustaka yang telah dilakukan.
Hasil yang ingin
dicapai berlandaskan pada konsep pendidikan karakter yang berorientasi pada pendekatan moral reasoning
melalui pembelajaran pendidikan seni tari tercermin
dalam toleransi, solidaritas, dan
kebersamaan.
Penerapan pembelajaran seni tari berbasis
kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali
keteladanan dan kebijaksanaan hidup. Pentingnya
kearifan lokal dalam pendidikan
secara luas adalah bagian dari upaya meningkatkan
ketahanan nasional kita
sebagai sebuah bangsa. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan sesuatu
yang benar dan yang salah tetapi pendidikan karakter juga menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi
paham (kognitif) tentang mana yang
benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik
dan biasa melakukannya (psikomotor).
Pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
pusat pembelajaran
student centered daripada teacher centered. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suparno (dalam
Darlia 2010: 2)
bahwa belajar bukan sekedar kegiatan pasif menerima materi dari guru, melainkan proses aktif menggali pengalaman lama, mencari dan menemukan
pengalaman baru serta mengasimilasi dan
menghubungkan antara keduanya sehingga
membentuk makna. Makna tercipta dari apa yang
siswa lihat, dengar, rasakan, dan alami. Untuk
guru, mengajar adalah kegiatan
memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya lewat keterlibatannya.
Dalam dunia pendidikan pada dasarnya membutuhkan beberapa hal penting bagi
perkembangan individu.
Perkembangan tersebut secara umum meliputi; kreativitas, emosi, intelektual, persepsi serta kemampuan untuk berinteraksi
dengan baik ditengah masyarakat. Kesemuanya itu terkait erat dengan kecerdasan emosional. Terbentuknya integritas kepribadian siswa, antara lain dicirikan oleh kehalusan
rasa, sikap apresiatif, kreatif dan
produktif salah satunya
diyakini sebagai hasil pembelajaran seni.
Seni tari di berbagai lingkungan etnik di
dunia tumbuh dan berkembang secara alami,
bahkan pertumbuhannya selalu mengikuti gerak sosial dari masyarakat atau komunitas
pemangkunya. Pertumbuhan seni tari di lingkungan etnik mempunyai fungsi revitalisasi
nilai-nilai pembentuk pola hidup.
Oleh karena itu, banyak peneliti menemukan
berbagai kecenderungan seni
tari memiliki nilai-nilai
kearifan lokal.
Kearifan lokal yang terkadung dalam seni tari memiliki fungsi pondamental, yaitu membentuk mental sosial
dari komunitasnya. Oleh karenanya, nilai-nilai
yang terkandung
selalu digali dan atau diyakini memberikan sumbangan pada
generasi muda. Hal ini yang memberikan
dorongan kuat bagi para
pengembang seni tari untuk meyakinkan, bahwa nilai-nilai kearifan
lokal yang telah membentuk sebuah
komunitas pada masa lalu.
Sungguhpun
usaha revitalisasi tersebut seringkali mempunyai banyak kendala. Kendala yang utama adalah bentuk
seni tari pada masa silam tersebut seringkali sulit untuk beradaptasi dengan perkembangan sosial masyarakat, akibatnya penampilan seni
tari menjadi kegiatan yang bersifat
ekslusif dan romantisme. Maka jika menampilkan selalu beroientasi pada
ruang waktu tertentu, sungguhpun
tidak tidak memiliki konteks
yang paralel dengan fungsi semula.
Kearifan yang tersimpan dalam seni tari pada masyarakat etnik
merupakan sebuah kekayaan masalalu yang bersifat
historikal, maka seni
tari etnik yang dipelajari di berbagai
sekolah memiliki potensi sebagai media memahami keberadaan masyarakat etnik tertentu. Oleh sebab
itu pendidikan seni tari tidak hanya sebagai ketrampilan
semata yang selesai pada waktu
siswa dipresentasikan di depan puplik. Tetapi seni tari merupakan salah satu media untuk belajar
mengolah rasa, nilai-nilai filosofis, religi,pandangan hidup, dan orentasi sosial.
Pembelajaran
berbasis kearifan
lokal dipadu dengan pembelajaran seni tari sangatlah cocok. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan seni- budaya yaitu agar siswa mampu
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan,serta kepekaan rasa estetis yang terjadi dikehidupan siswa, sesuai dengan
kemampuan belajarnya. Pembelajaran
berbasis kearifan lokal untuk menanamkan pendidikan karakter
dapat dilakukan dengan tiga
cara mengintegrasi ke mata pelajaran,
melalui mata pelajaran
muatan lokal dan
melalui pengembangan diri.
1.
Mengintegrasikan ke Mata Pelajaran Seni Tari
Mengintegrasikan ke mata pelajaran
seni tari bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan karakter di mata pelajaran
sehingga menyadari akan pentingnya nilai-nilai tersebut dan penginternalisasian nilai-nilai
ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya
kegiatan
pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang
untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/ peduli, dan menginternalisasi nilai - nilai dan menjadikannya perilaku.
Pada setiap mata pelajaran
di Sekolah sebenarnya telah memuat
materi-materi yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter
di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam kompetensi dasar (KD) yang
sesuai yang terdapat dalam Standar Isi (Permendiknas No. 22 tahun
2006). Jumlah KD di setiap mata
pelajaran yang dapat diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter tentu berbeda, ada yang banyak dan ada yang sedikit.
Selanjutnya kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan nilai- nilai pendidikan
karakter tersebut dikembangkan pada silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Berdasarkan
materi kelas standar kompetensi (Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi) dan kompetensi dasar (Mengenal aktivitas
ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya
alam dan potensi lain di daerahnya).
Nilai karakter yang dapat
dimunculkan yaitu
jujur, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
2.
Mengintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah atau disebut dengan
kearifan lokal. Materi dipilih ditetapkan
berdasarkan ciri khas, potensi
dan keunggulan daerah, serta
ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran kearifan lokal adalah pengembangan
penanaman nilai-nilai
budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai
seni- budaya yang
dimaksud antara lain kejujuran,
tanggung jawab, disiplin,
kepekaan terhadap lingkungan, dan
kerja sama. Penanaman
nilai- nilai seni-budaya
tersebut diintegrasikan
di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai
tersebut dapat menjadi sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pembelajaran
berbasis kearifan lokal dapat dilakukan dengan cara
guru memberikan tugas secara berkelompok mengobservasi dan mengidentifikasi budaya atau sumber daya yang
ada di lingkungan tempat tinggal. Melalui
observasi langsung ke lingkungan
guru memiliki beberapa tujuan untuk
dimiliki siswa setelah kegiatan berlangsung. Nilai karakter dan kemampuan yang diharapkan yaitujujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, cinta
tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
3.
Melalui Kegiatan Pengembangan Diri Kegiatan
pengembangan diri meliputi
beragam kegiatan ekstrakurikuler
sesuai dengan minat dan bakat siswa, seperti Kegiatan
ekstra kurikuler (kewiraan melalui pramuka
dan Paskibra), sedangkan manfaat
dari pendidikan yang berbasis kepada kearifan lokal antara lain ialah:
·
Melahirkan generasi- generasi yang kompeten
dan bermartabat
·
Merefleksikan nilai- nilai budaya
·
Berperan serta dalam membentuk
karakter bangsa
·
Ikut berkontribusi demi terciptanya
identitas bangsa
·
Ikut andil dalam
melestarikan budaya bangsa
4.
Arti penting sebuah nilai
Pemerintah hanya menetapkan standar minimal kurikulum yang harus dipenuhi, selanjutnnya kebijakan diberikan kepada masing-
masing sekolah, dalam hal ini memiliki tujuan agar potensi setiap sekolah dapat
menonjol, sehingga tercipta kompetisi
antarsekolah. Masing-masing sekolah diharapkam dapat membuat
silabus, kurikulum, dan indikator- indikatornya sendiri,
Meski menentukan silabus sendiri,
namun standar kompetensi dan isinya harus sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah.
Oleh sebab
itu, tujuan yang diharapkan pelaksanaan muatan lokal
sesuai dengan potensi sekolah/daerah
secara khusus bernmanfaat bagi peserta
didik untuk : 1) mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sposial
dan budayanya, 2) memiliki pembekalan
kemampuan dan ketrampilan serta
pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi diri sendiri
maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, 3) memiliki sikap
dan perilaku yang selaras dengan
Pembelajaran Seni Tari dalam Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan mikrosistem. Bronfenbrenner (1979: 22) mengatakan bahwa mikrosistem adalah sebuah pola dari aktivitas, peran dan relasi interpersonal
yang dialami oleh seseorang yang sedang tumbuh berkembang di dalam
setting tertentu dengan karakteristik fisik khusus, yaitu suatu lingkungan kehidupan yang di
dalamnya seorang individu menghabiskan
sebagian besar waktunya, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah
dan lingkungan tetangga. Di dalam mikrosistem ini, seorang individu berinteraksi langsung dengan
orang tua, guru-guru, teman
sebaya dan yang lain. Seorang anak bukan penerima pasif dari pengalaman, tetapi bersifat interaksi
timbal balik dengan yang lain dan membentuk
mikrosistem masing-masing.
Sebagai sebuah mikrosistem,
sekolah diperkirakan mempunyai pengaruh yang kuat
yang dapat dilihat secara langsung
dalam diri subjek didik. Terlebih
lagi di zaman sekarang, ketika banyak
orang tua menaruh harapan sangat besar terhadap sekolah untuk
menjadikan anak- anaknya pintar dan baik. Sekolah yang baik
merupakan keniscayaan agar pengaruhnya terhadap anak menjadi positif. Sekolah
merupakan bentuk pendidikan formal.
Noeng Muhadjir
(2003: 16-18)
mengatakan bahwa ditinjau
dari segi antropologi kultural dan
sosiologi, ada tiga fungsi
utama pendidikan, yaitu menumbuhkan
kreativitas subjek-didik, menumbuhkembangkan nilai-nilai
insani dan Ilahi pada
subjek didik dan satuan sosial
masyarakat, dan meningkatkan
kemampuan kerja produktif
pada subjek didik.
Dengan kata lain, fungsi sekolah terkait dengan upaya menumbuhkan nilai-nilai akademik, nilai-
nilai sosial dan nilai-nilai religius. Ketiga
kelompok nilai inilah yang
sekarang menjadi wacana dengan istilah
yang populer: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Dalam pendidikan seni tari di sekolah umum pada
dasarnya adalah untuk memfasilitasi
berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa bukan
untuk menjadikan siswa sebagai ahli seni tari sesuai dengan prinsip khusus
yaitu prinsip yang berkenaan tentang tujuan pendidikan.
guru harus memilih tarian-tarian yang sesuai dengan tingkatannya
dan mempunyai nilai atau pesan yang
baik kepada siswa yang akan diajarkan
selain itu memilih tarian
yang mempunyai nilai pendidikan,
agar siswa mampu menyerap
pelajaran seni tari dengan baik
dan mampu menerapkan pesan yang terkandung
dalam tarian-tarian tersebut
hal ini sesuai
dengan prinsip khusus
yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
Pendidikan moral adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter
kepada siswa. Implemntasi dalam pembelajaran tari adalah
guru misalnya mengajarkan tarian yang memiliki nilai moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari,
seperti nilai kebersamaan, disiplin, dan percaya diri.
Nilai kebersamaan dalam Tari
Kelompok
Tarian tersebut
merupakan tari tradisi yang
ditampilkan secara kelompok. Mereka
sangat disiplin dalam melakukan
gerakan di samping melatih rasa kepekaan irama gerak dan iringan secara bersama-sama.
Selain itu, mereka juga dituntut untuk
melatih keberanian tampil.
Pendekatan pembelajaran tari yang
berorientasi pada siswa di sekolah, pada dasarnya mengacu
pada prinsip-prinsip
perkembangan anak yaitu salah
satunya siswa
belajar dengan
baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi
serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.
Kondisi yang memungkinkan bagi siswa dalam
menciptakan produk tari kreatif ketika kondisi
pribadi dan kondisi lingkungan yang cukup mendukung
atau kondusif untuk memberikan rangsang auditif, visual, kinestetik, gagasan dan peraba tidak
meniru atau mencontoh karya orang lain. Karya-karya
tari kreatif diberikan
sebagai rangsangan dan sebatas pengetahuan,
bagi peserta didik.
Peserta didik yang dalam hal ini siswa, akan lebih bersemangat
apabila suatu bahan yang diajarkan
sesuai dengan kebutuhan siswa
didik. Sumber belajar dapat berupa segala macam alat/media atau situasi yang dapat membantu serta
memperkaya dan memperjelas pemahaman peserta didik terhadap
sesuatu yang sedang dipelajarinya bahkan membantu
siswa memperkaya pengalaman. Pada
pelajaran Seni Tari, media yang
efektif adalah dengan mempraktikkan langsung bentuk
tarian. Peserta didik pun diharapkan mampu menampilkan
bentuk tarian dengan baik dan benar.
Penanaman nilai moral
toleransi pada siswa melalui pembelajaran tari
yakni saling menghargai pendapat orang lain dengan cara
salah satunya berdialog melalui
tari kreatif. Tari kreatif adalah tarian yang dimainkan dengan pencarian ide-ide gerak dan alat yang penuh nilai-nilai dan norma-norma yang berguna bagi
siswa didik untuk memahami
dan mencari keseimbangan gerak
hasil pencarian menurut kemampuan dengan
penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan. Dengan kata lain peserta didik diarahkan untuk mencipta
gerakan tari yang kreatif secara bersama-sama.
Untuk pengenalan tari kepada siswa,
pada umumnya dilakukan untuk mendisplinkan
dan mempunyai rasa tanggung jawab saat berlatih
atau belajar. Kemampuan anak apada usia ini
sudah mampu mengingat gerak
dan peka
terhadap iringan. Oleh karena itu ciri gerak yang ditujukan pada anak usia
tersebut adalah:
1. Gerak agar mudah diingat
2. Menggunakan gerak anggota badan
yang sesuai
3. Memanfaatkan peralatan/properti sebagai alat peraga
4. Gerakan yang mudah
ditiru atau diekspresikan
5. Gerak yang selalu dilihat pada objek sehari- hari
Demikian yang dapat disampaikan melalui pembahasan ini.
Simpulan
Pendidikan seni tari yang berbasiskepada kearifan
lokal dapat dijadikan alternatif
pembelajaran di sekolah dalam membangun
karakter bangsa, antara lain ialah: Melahirkan
generasi- generasi yang kompeten
dan bermartabat; Merefleksikan nilai- nilai
budaya; Berperan serta dalam membangun
karakter bangsa; Ikut berkonstribusi demi terciptanya identitas bangsa;
Ikut andil dalam melestarikan budaya bangsa
Dalam konteks pendidikan seni, hasil seni dan budaya dapat dijadikan sebagai
materi pembelajaran untuk dihayati, dianalisa dan selanjutnya sebagai
pijakan dalam menciptakan seni dan budaya
yang baru dengan tidak
meninggalkan ciri dan budaya
yang telah ada. Selain sebagai landasan penciptaan, hasil seni
budaya bangsa dapat pula dijadikan sebagai media untuk mengasah
kepekaan yang berhubungann dengan estetika. Jadi hasil-hasil peradaban bangsa Indonesia
yang
telah ada sangat penting untuk diperhatikan, diresapi,
dihayati baik nilai filosofi kehidupan dan
keindahan yang tersimpan di dalamnya earifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan kebijaksanaan
hidup.
Pentingnya kearifan lokal dalam
pendidikan kita secara
luas adalah bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita
sebagai sebuah bangsa. Pendidikan karakter bukan sekedar
mengajarkan sesuatu yang benar
dan yang salah tetapi pendidikan karakter juga menanamkan
kebiasaan (habituation) tentang
hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan
(afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (psikomotor).
Pendidikan karakter telah teridentifikasi
18 nilai yang
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan nasional,
yaitu:
(1) Religius, (2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,
(9) Rasa Ingin Tahu,
(10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi,
(13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta
Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab.
Pembelajaran berbasis kearifan lokal dipadu dengan pembelajaran
seni tari sangatlah sesuai. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
untuk menyelesaikan masalah sosial
yang terjadi dikehidupan siswa,
sesuai dengan kemampuan belajarnya. Pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk menanamkan pendidikan karakter
dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bronfenbrenner, Urie. (1979). The ecology of human development- Experiments
by nature and design. Diambil dari books.google.co.id
Noeng, Muhadjir. (2003). Ilmu pendidikan dan perubahan sosial.
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Undang-
undang (UU)
No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sumber Internet
http://pangasuhbumi.com/article/20582/”pemulihan-lingkungan-dengan-kearifan-lokal”.html.
http://tal4mbur4ng.blogspot.com/2010/07/”kearif an-lokal-guna-pemecahan-masalah”.html.